InDAhnYa BeRBAgI

Selalu ingin berbagi, itulah pustaka CONAN.
Saat ada amanah di diri, maka itu adalah perjuangan untuk berbagi dengan tulus dan ikhlas kepada sesama.
Selamat datang semuanya.
Saat kalian merasa harus berbagi, apapun itu, maka disinilah tempatnya.
Sebab, berbagi itu ibadah. Dan ibadah itu surga jaminannya.

Kamis, 08 Desember 2011

HALAL BIHALAL BPD ADA HARAPAN DAN MASA DEPAN

 HALAL BIHALAL BPD
ADA HARAPAN DAN MASA DEPAN

           “Lakukan evaluasi setiap saat. Dewan komisaris, dirut, kepala cabang harus siap melakukan evaluasi terhadap kinerja jajarannya. Semua tikus yang berpotensi menggerogoti tumbuh kembangnya BPD menjadi darahnya masyarakat Jawa Tengah, harus sedini mungkin  di pites. BPD harus jadi bank nya Jawa Tengah.Saat ini sudah kuat, jangan dijatuhkan lagi. Saya tidak akan bisa lagi mentolelir internal bank yang berusaha membuat gara-gara,” demikian diucapkan dengan keras oleh Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah, dalam sambutannya dalam acara Halal Bihalal Keluarga Besar Bank Jateng di MAJT, Minggu malam lalu.

Gubernur Jateng halal bihalal
Hariyono,Dirut Bank Jateng
Bibit Waluyo, Gubernur Jateng
            Teliti, cermat dan sensitif, itu yang diminta Gubernur kepada jajaran Direksi. Agar, bank Jateng makin teguh berdiri kokok menjadi banknya orang Jawa Tengah. Ada banyak peluang Investasi yang bisa diraih, misalnya, pembangunan pabrik gula di Rembang, pabrik Semen di Rembang, pengolahan tanaga panas bumi dan masih banyak lagi. Komisaris dan direksi harus teliti, cermat dan sensitif, melihat peluang investasi itu, sehingga capaian labanya bisa mencapai Rp 1 trilyun.
            Harapan gubernur yang membuncah terhadap keberadaan bank Jateng, mendapat aplaus hangat dari seluruh keluarga besar BPD yng hadir dalam acara halal bihalal tadi malam. Acara benar-benar berlangsung meriah. Duo MC yang memimpin acara, berhasil membangun acara sehingga berlangsung ramai dan meriah. dihadirkannya grup rebana Azahro, dengan lagu-lagu islaminya, membuat suasana halal bihalal makin khusyuk dalam kemeriahannya. Gubernur, Sekda Jateng, dan para tamu undangan, larut dalam prosesi salam – salaman yang mengular panjang dan meriah.
Komisaris Bank Jateng
            Trio cantik dengan busana pink yang  cantik, turut memeriahkan acara dengan lagu-lagu islami yang dibawakannya, bergantian dengan BPD Big band.  Kehangatan suasana halal bihalal, dibarengi harapan akan makin kokohnya keberadaan BPD di tengah persaingan dunia perbankan yang makin ketat.
            “Pesan saya kepada semua jajaran BPD, kalian harus tanya kalau tidak tahu, lapor kalau tidak jelas, jangan sembrono! Hal ini berlaku juga pada seluruh PNS di lingkungan provinsi. Sebab PNS di sini sudah terjebak dalam rutinitas yang tidak produktif. Pagi berangkat, sampai kantor, duduk-duduk, baca koran, nonton TV, ngerumpi, setelah itu pulang. Begitu setiap hari. Beda dengan PNS di Jatim. Saya pernah ke sana, dan saya lihat, PNS nya inovatif, menciptakan kegiatan sendiri setelah rutinitas kerja memberikan pelayanan kepada mamsyarakat selesai. Jadi kesannya,  tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Saya pengin PNS Jawa Tengah juga begitu. “ Demikian harap Gubernur .

terus berprestasi
            Sebelumnya, dirut BPD Hariyono, dalam sambutannya menyampaikan capaian dan keberhasilan BPD selama 2011. “ Selama tahun 2011, bank Jatng telah meraih penghargaan dalam skala nasional, antaralain, BUMD terbaik bidang keuangan ( Best Finance ) dan CEO of The Year pada ajang BUMD Award yang diselenggarakan oleh BKS- BUMD se Indonesia. Platinum Tropy Award sebagai  Bank Berpredikat Sangat Bagus, selama 10 tahun berturut-turut oleh majalah Infobank. Bhakti Koperasi dan UKM, dari Kementrian dalam  Koperasi dan UKM RI atas prestasinya dalam bidang pembinaan dan pengembangan koperasi dan UKM di Jawa Tengah. Serta, Indonesian Development Award (IDA)  2011 dari IHRDP Jakarta, atas prestasinya yang dinilai baik dalam mengelola sumber daya manusia bank Jateng.
            Terkait makin ketatnya tingkat persaingan dunia perbankan di Jawa Tengah, Hariyono mengatakan, pihaknya tidak pernah merasa terintimidasi, dan bahkan mampu membukukan laba usaha hingga akhir Juli ini  sebesar Rp 369,55 miliar atau 114,73 % dari target Rp 322,10 miliar. Disamping kemampulabaan perusahaan, berbagai indikator keuangan sampai akhir Juli 2011, juga menunjukkan kinenrja yang menggembirakan. misalnya, total aset telah mencapai Rp 21,20 trilyun, atau tumbuh sebesar 13,30 % dari posisi akhir tahun 2010 sebesar Rp 18,71 trilyun. Dana masyarakat yang berhasil dihimpun mencapai Rp 18,26 trilyun, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 12,83 trilyun dengan kredit bermasalah berhasil ditekan hingga pada posisi angka 1,21 %
            Menguraikan perkembangan indikator keuangan yang baik dan pencapaian berbagai pernghargaan , menunjukkan bahwa kondisi bank jateng sehat, kokoh, dan terpercaya. Dan mensikapi harapan Gubenur agar mengembangkan terus evaluasi untuk mengansipasi kemungkinan disharmonisasi kinerja, Hariyono menyatakan akan melakukan tindakan tegas apabila ada oknum pegawai yang melakukan tindak pelanggaran.
            “Terhadap tindak pelanggaran yang dilakukan  oknum pegawai, managemen tidak segan untuk melakukan tindakan tegas, sehingga menimbulkan efek jera. Sedangkan terhadap karyawan yang berpreistasi, manajemen tidak akan apriori untuk memberikan penghargaan dan kesempatan karier yang lebih baik sesuai sistem yang berlaku.
            Sejuta harapan membuncah seiring dengan acara halal bihalal yang digelar minggu malam lalu. Kemeriahaan acara yang berhasil digelar,  sebagaimana harapan Gubernur, harus menjadi awal dari makin meningkatnya kinerja seluruh jajaran bank Jateng, sehingga bank Jateng benar-benar bisa menjadi banknya wong Jawa Tengah, untuk mendukung program bali deso mbangun deso.Semoga (dmr)

                                                  

BANK JATENG MERIAHKAN PAMERAN Produk INOVASI 2011


                Tidak  mengejar target transaksi, tapi lebih kepada mengenalkan banyak produk nya, stand  bank Jateng  di balai Merbabu, selalu dibanjiri pengunjung pada Pameran Produk Inovasi 2011 yang diselenggarakan 30  september hingga 2 Oktober lalu.  Menurut Bagus Sukmono Hadi, koordinator   stand,  rata-rata pengunjung yang datang untuk bertanya dan mempertanyakan banyak produk bank Jateng, seharinya rata rata  pengunjung.
                “Banyak juga para pelaku UKM yang bertanya tentang kredit untuk mereka, semisal persyaratan dan prosedurnya. Banyak  juga yang kemudian setelah  memperoleh informasi dari sini, esoknya datang ke kantor pusat di jalan Pemuda untuk merealisir keinginannya, “ jelas Bagus,  yang  sesekali terpaksa harus melayani pertanyaan banyak pengunjung di sela-sela menjawab pertanyaan wartawan Sinergi.
                Prosedur yang gampang, bunga yang kompetitif, dan proses pencairan yang tidak berbelit,menurut  Bagus, yang membuat produk KUR dan kredit untuk  UKM, banyak menarik minat banyak  orang untuk mencari informasi di arena pameran. Kalau  diprosentase, yang meminta  penjelasan terkait kredit UKM dalam setiap harinya sekitar 40 persen.
                “Dan itu sebuah pencapaian yang bagus mas, karena keikutsertaan bank Jateng di sini hanya untuk pengenalan atas banyak produk kita. Kita ingin masyarakat sampai pada tataran brand preferent,  mengenal  banyakproduk kita,lengkap dengan kemudahan prosedur dan persyaratannya. Tabunganku,produk  untuk para pelajar,juga ramai ditanyakan.Dan itu adalah peluang yang nantinya bisa digarap lebih jauh oleh  tim marketing kita, “ ungkap Bagus.
                Adanya kuis berhadiah menebak jumlah uang, menurut Bagus, juga memicu banyak pelajar datang ke stand  bank Jateng.  Dari  situlah, banyak  produk bank kemudian dikenal,  untuk kemudian dijadikan referensi, saat harus membutuhkan kredit lunak misalnya.  Atas semuanya itu, menurut Bagus, pameran seperti ini akan terus  diikuti bank Jateng, agar  banyak  produk yang ada di bank Jateng, makin dikenal masyarakatnya.  “Pameran kita  kali ini dikalau dilihat pada jumlah pengunjung setiap harinya,  sukses mas. Hanya kalau kemudian dikaitkan dengan jumlah transaksi yang dilakukan pengunjung  di kantor pusat atau cabang, kita sendiri belum bisa memantaunya.  Yang pasti, kalau melihat dari sekitar  40 persen pengunjung yang serius menanyakan semua  hal terkait  kredit UKM seperti KUR dan lainnya, maka bolehlah kita katakan, stand  bank Jateng telah sukses  mencapai targetnya, mengenalkan dan membuat masyarakat tertarik kemudian melakukan transaksi atas banyak produk bank jateng.” Demikian penjelasan Bagus Sukmono Hadi. (dmr)

destydean batik, satu model satu baju

Desty Nuriska :
INGIN MENYENANGKAN PELANGGAN

            “Pelanggan bagi saya adalah segalanya. Apa yang diminta, model apa yang diinginkan, bahkan mesti hanya membuat satu potong baju pria, saya tetap dengan senang hati melayaninya. Pelanggan adalah aset dan itu mesti dijaga,” demikian kita bisnis Desty Nuriska, pemilik merek dagang Derydean batik, mengatakan kepada Sinergi di rumah yang merangkap butiknya di Lamongan Barat VIII nomer 10 Sampangan Semarang.
            Menjaga kepercayaan dengan pengerjaan yang rapi dan berkualitas, itu yang menjadi ciri produk batik yang dikelola Desty sejak 2009 lalu. Sebagai pemain baru di dunia busana khususnya batik, Desty memang membutuhkan banyak dukungan dan semangat dari orang-orang terdekatnya, juga dunia perbankan. Karena, seperti yang dikatakannya, sebagai pemain baru dengan keterbatasan permodalan, dia masih harus bolak balik Pekalongan Semarang, demi pemenuhan selera para pelanggannya.
            Benar, Desty masih harus mengandalkan pengerjaan motif batik pesanan pelanggan dan juga penjahitannya di pabrik batik Pekalongan. ”Setiap detail motif yang diminta pelanggan, saya berusaha wujudkan dengan perusahaan pembuat batik yang ada banyak di Pekalongan. Setelah motif itu tertuang di atas kain, kemudian saya rancang sesuai dengan permintaan pelanggan. Karena masih harus bolak balik ke Pekalongan, cost produksinya menjadi agak lebih sedikit mahal. ” Ungkapnya.
            Meski agak sedikit mahal, tapi harga yang diterapkan Desty untuk produk busana pria dan wanita serta anak – anak masih amat sangat terjangkau. Untuk batik dengan bahan dasar katun misalnya, dia mematok harga mulai dari Rp 90 ribu hingga Rp 200 ribu. Sementara untuk batik dengan bahan dasar sutra dipatok sekitar Rp 500 ribu. ” Kita juga melayani produk batik di bawah harga Rp 90 ribu. Untuk seragam kantor atau seragam sekolah misalnya, harga per satuannya terkadang sekitar  Rp 50 ribu. Tapi ada juga kantor yang meminta seragam yang bahan kainnya dari sutra, itu tentu saja membuat harganya lebih mahal, karena bahan kainnya saja sudah mahal dari sananya. ” Ungkap Desty lagi.
           
Obsesinya ingin produksi sendiri
            Sebagai pemain baru di dunia bisnis busana batik, Desty selalu siap menerima dan mengerjakan pesanan busana batik seberapapun budjetnya. Semua permintaan itu di iguhkan, diiyakan, meski sebelumnya dia harus menjelaskan kain jenis apa dan bagaimana motif yang tersedia untuk dana yang disediakan pelanggan. ”Hal itu menjadi penting bagi saya, karena saya ingin pelanggan tahu dengan persis kain jenis apa dan motif batiknya bagaimana, atas besaran dana yang tersedia. Saya tidak ingin ada kesalahpahaman dengan pelanggan. Kesannya memang rewel dan ceriwis, tapi itu harus saya lakukan, agar kita bisa sama-sama sepakat atas produk yang akan mereka dapat,” jelas Desty yang saat wawancara agak flu.
            Banyak sudah instansi yang kebutuhan batik dan seragam kantornya dipenuhi oleh Desty. Karyawan Bank Jateng misalnya, menurut Desty banyak yang memesan busana batik kepadanya. Juga para pegawai dan dosen Unnes, yang bahkan memesan desain khusus, yang kemudian dikerjakannya di Pekalongan dengan para pengrajin batik di sana.
            Diakui oleh Desty, kebijakan banyak pemda kabupaten kota di Jateng yang mengharuskan pegawainya mengenakan busana batik di hari-hari tertentu, ikut mendukung tumbuh suburnya industri batik . Dan itu, menurut Desty, turut membesarkan usaha yang dirintisnya turun temurun dari orang tuanya.
            Harga grosir tapi tidak murahan, itulah yang menjadi pegangan Desty dengan Destydean nya. Dengan tingkat persaingan yang dari hari ke hari makin ketat, para pemain di bisnis batik hanya akan dapat bertahan kalau mereka mempunyai ciri khas. Dan untuk mempunyai sebuah ciri khas seperti itu diakui oleh Desty,  amat sulit untuk dilaksanakan. Tapi dia tidak pernah putus asa, sehingga dia bersama timnya terus berusaha mencari ciri khas atas motif dan rancangannya.
            ”Untuk sementara ciri kita ada pada harga yang bersaing dan siap melayani permintaan motif tertentu sesuai permintaan pelanggan. Jahitan kita, meski jahitan konveksi tapi bukan jahitan kodian. Dan kita siap membuat model busana bahkan untuk satu orang saja. Kalaupun kemudian ada yang senang dengan modelnya, kita akan berusaha membedakannya dalam hal warna dan motif batiknya. ” Ungkapnya.
            Lantas ?
”Saya harus mempunyai unit usaha sendiri di Semarang. Mulai dari pembuatan motif batiknya hingga pencelupan warna dan penjahitannya, saya ingin mempunyainya sendiri. Itu salah satu obsesi saya. Saat ini memang belum bisa terlaksana, karena keterbatasan permodalan, tapi dengan bantuan Bank Jateng, saya yakin obsesi itu akan segera terlaksana,” ingin Desty yang bersuamikan Ir Bambang  Setyohadi yang dosen Unnes dan mempunyai satu putra Evan Dery Dean yang masih berumur 2 tahun.
            Konsep butik dengan kelengkapan produksi motif batiknya, juga perancang dan tim penjahit yang berkualitas, menjadi impian untuk dikembangkannya. Ingin main di warna, itulah yang akan menjadi ciri khas batiknya. Dan saat ini yang menjadi trend adalah batik dengan warna-warna cerah. Sehingga di butiknya yang untuk sementara berada di ruang depan rumahnya, warna-warna cerah mendominasi koleksi busananya.
            ”Kepada pelanggan, saya pasti akan memberi hadiah bonus aneka aksesoris. Sementara potongan harga akan kami berikan kepada para karyawan yang membeli dalam jumlah banyak. Silahkan datang ke rumah, karena saya pasti akan memberikan discont 20 persen,” begitu janjinya.
            Saya ingin mengembangkan puring motif khas semarangan dengan menyertakan asem dan blekok, begitu katanya. Kapan itu akan terealisir ?
            ”Tunggu permodalan dari Bank Jateng. Saya optimis, usaha saya ini bisa menjadi besar. Saya tinggal genjot promosinya, juga pemasarannya yang akan diperluas. Yang pasti dengan ciri khas yang akan saya kembangkan, saya yakin usaha saya prospektif dan berani bersaing,” ungkapnya tandas, sembari menutup sesi wawancara di sore yang agak di mendung, di rumahnya yang asri. (dmr)

PUISI - PUISI DIDIK M. RIYADI

Puisi-puisi
didik m. riyadi



LAGU RINDU

 
“ Kala seorang jelata dalam kesengsaraan
Ringan baginya untuk mendaki tumpukan Lumpur “

Betapa
Aku jelata yang coba memanah rembulan
Nanah saja yang mengucur
Deras menjadi tirai nurani
Selalu tidak pernah sampai didambanya diri
Kenapa mesti ada dosa atas rindu ini

Mereka dicemaskan oleh diri mereka sendiri
Dan aku, menulusuri jalan panjang dengan beban noda
Diri Mu sempurna, atas takdir dan hidayahku
Kenapa tidak pernah bisa sempurna sujud syukurku
Kenapa aku tidak pernah bisa ikhlas menerima semua pemberian MU

Padahal lagu rindu selalu aku lantunkan atas kalimat indah Mu
Tubuh ini sudah membuih membawa asma Mu
Mimpipun selalu kuatasnamanakan doa
Linu perih diri ini membayangkan renta itu luluh atas azabmu
Gemetar …..  gelisah ….. dan aku selalu rindu diri Mu
Wahai Sang Kuasa alam

Wahai Sang Kekasih
Turunkan ijin Mu untuk aku bermain dengan nurani
Jangan beri aku dosa lagi
Tutup pintu itu untuk goda gelora ragawi
Aku selalu rindu atas malam-malam syahdu Mu
Dan aku tetap jelata yang ringkih mendaki tumpukan Lumpur
Atas ijinmu wahai Yang Maha Esa

9.43       10/12/09




Aku harus selalu rindu pada Mu wahai


Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia
                                                                                                QS. Al-Baqarah : 83


aku harus selalu rindu pada Mu wahai
Pada gulita malam saat bersujut mencari hidayah Mu
Pada benderangnya silau ragawi makhluk manis Mu
Kenapa selalu tidak pernah sampai ke angan wahai
Raga ini makin melemah dengan semua anugerah Mu

Pagi ini telah aku sapa dunia dengan senyum
Dan betapa desir hati berlalu bahagia
Mendaki cinta sesama memberi sedekah nurani
Pernah aku sebahagia begini saat dini
Semuanya berpendar memencar menyelusup relung hati
Yang baik-baik selalu baik untuk semua

Tapi di tikungan jalan itu ada kelokan yang memumurkan
Meluluhlantakkan kedirianku
Aku ternyata bukan insan sempurnya di hadapan Nya
Yang tergolek itu aku bahkan belum sempat menengoknya
Dan aku telah sombong menghargai tinggi diri sendiri
Maafkan aku wahai Sang Penguasa Alam
Tolong ajarkan aku memanjat kerendahan hati sang jelata
Tuntun aku menuju ke ikhlasannya
Sebab aku sang jelata lainnya
Yang hampir meninggikan diri padahal semua semata milik Mu
Jangan biarkan aku jatuh cinta pada semu itu wahai Sang

Meski hanya sebentar ijinkan aku mereguk binar Mu wahai
Janji utuh selalu merunut jalan ridho Mu itulah diriku
Apakah belum cukup sujud dan kekinianku wahai Sang
Beri aku selarik kilasan untuk jalan gulitaku
Agar aku tidak makin terperosok pada dina itu
Agar aku tidak makin lena oleh anugerah Mu
Apakah aku harus selalu rindu pada Mu wahai Sang !
                       
10.30        10/12-09



MALAM TADI AKU MENANGIS


Yasin, wal quranul  hakim …….
Gemetar aku runtuh atas kuasa Mu
betapa kecil aku di hariban Mu
berupa titik menjadi tak teraba
kemana semua angkuh diri ini bersembunyi

Yasin …….
Beribu dengung itu memancar ke segala penjuru
Menusuk membilu mencari sisa-sisa kuasa Mu
Kenapa ada tangis yang diam-diam menyelinap malu
Mungkinkah rasa itu muncul  ketika takut ada pada  maha sayang Mu
Jangan pernah merasa kecil meski  kefanaan ini benar nyata

Aku sempat tinggi memancangkan tekad menggapai nirwana
Saat ragawi mencecap beribu nikmat yang tak lebih semesta
Ternyata hanya fatamorgana di tandusnya gurun kehidupan
Ada terus dahaga itu meski serangkum anggur di pelukan
Ada terus rasa kurang itu meski kamu sesakki diri dengan duniawi
Betapa ada takut atas azabmu Ya Rabbi
Aku kecil atas semua kuasa Mu

Malam tadi aku menangis Ya Allah
Saat takdir menjadi mainan Mu  yang penuh menyeluruh
Rahasia Mu menjadi makin tak teraba atas diriku
Atas mereka yang tadi selintas memainkan peran duniawinya
Yang masih tinggi memerankan dirinya padahal selepas titik
Tidak ada apa-apa lagi selain permainan maha Mu
Penyesalan selalu datang pada saat paling akhir sayang
Penyesalan itu menyesakkan

Yasin ……
Peluk aku ya Yang Maha Tinggi
Hangati aku dengan tatapan Mu
Rengkuh aku  dengan hidayahmu
Jangan biarkan nadi ini terus berdenyut hanya untuk membuat hina
Jangan lepas aku dalam gulita keperkasaan  syahwat ini
Jangan  pernah biarkan aku melepas diri Mu Ya Allah
Aku bisa menyesali kehidupanku selama ini
Sebab aku adalah titik yang makin tak berada di tatap Mu
Sebab aku adalah rapuh yang tidak ada di kuasa Mu
Ya Rabbi …………….
                                                                                                5.27    11/12 - 09

 
DAN APAKAH AKU MESTI MENANG

Maafkan aku karena cintaku penuh seluruh
Itu karena aku bahagia dalam peluk Mu
Menyanyangi Mu membuatku bahagia
Melenakan semua diri yang kini
Terpurukku atas kuasa Mu membuatku malu
Aku bahkan sempat menilai tinggi hati ini
Padahal  senoktah saja diri tidak ada peri di rahman Nya
Di rahmat Nya aku menggantung tinggi nuraniku

Sejuk kini adalah pencarianku selama ini
Semua karena “Allah telah menurunkan air [hujan] dari langit.
Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya “
Betapa bahagia mengetahui ridho Mu atas pertaruhan mautku
Memungkasi sembilu yang dihujam tajamkan untuk noda
Aku pernah kalah oleh dina itu
Aku sempat hanyut dalam wangi nafas paginya
Dan atas nama DIA yang kuasa aku bisa bertempik selangit
Wahai indahnya di peluk Mu, di pelukku sejuta mer0na

Bahagia pagi ini adalah dua purba yang mewujud
binaran sisi hati betapa indah sinar mentari
Aku ingin berpuisi untuk Maha Penyayang Mu
Maha Pengasih Mu wahai setulus aku mencintai ibuku
Maaf aku mencoba tabah meski tangis itu diam-diam menyelinap malu
Ada kekuatan ngilu yang membuatku tersungkur pilu
Kembali dina menyeru menyerbu merengkuhku

Betapa bahagia mengetahui ridho Mu atas pertaruhan mautku
Dan apakah aku mesti menang ?

                                                                                                            8.52  11/12-09



MUSLIMLAH AKU

Rasulullah bersabda,
“Orang muslim adalah yang menjaga orang-orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya.”

Dan aku terperangah terporosok dalam sekali
Gulita ini membuatku meradang
Kenapa selalu tidak pernah ada ikhlas diri untuk bahagianya
Apakah karena aku sempat mencintainya penuh seluruh

Junjunganku,
kenapa aku selalu tidak mampu merunut jalan lempang Mu  
padahal jelas yang bersinar itu bukan untuk diriku
juga dia
kenapa geragap selalu muncul saat ingin berbagi bahagia sesama
ternyata sujudku masih tertutup sembilu
yang tajam menghujam tadi malam di lekuk manisnya
bolehkah dia menjadi penjaga nurani ku wahai Sang

seperti roda perjalanan
yang menggelinding selalu itu mesti diikuti nurani
agar tidak terporosok di kelok kehidupan
dan karena aku mesti menjaga saudaraku
maka jagalah aku wahai Sang dari amuk kemungkaran
kemustahilan adalah aku dengan kefanaanku
sementara dzat Mu seluruhnya mengalir atas rahman rahim Mu
ijinkan aku memamah rembulan dihatinya wahai Sang
agar tidak ada lagi keraguan akan sucinya
suciku tercecer di pojok-pojok jalanan
di perkampungan itu bukan aku lagi yang ada
: tolong jaga aku wahai Sang dari sesat itu

Maka. saat semuanya membeban
Bolehkah aku tetap bangga dengan Mu  wahai
Meski aku
sempat gemetar tersungkur di pelukmu kemarin siang.

Kemarin
Semua menjadi membeban
Menyemak dalam gulitanya diri
Kenapa mesti ada keraguan dalam diri TuhAN
Sementara jelas-jelas yang fana adalah aku
Untukmu : tak teraba

                                                                                                                     11/5/2006
Didik M. Riyadi
Jl Candi Mutiara Selatan III / 304
RT 3 RW 6 Kalipancur – Ngaliyan
Semarang 50183
Telp. 024. 7609384 / 085 271 8682 56
No. Rek :
BRI  a/n Mochamad Riyadi S.Sos no.  3041-01-011664-53-1



Maafkan aku bila rengkuh sayangku hanya pilu
Sebab murkaku masih penuh seluruh
Senyum tulusmu seharusnya tidak lagi membeban
Hanya asmaNya yang sempat kurajut lewat liur semalam
Dan itu, selintasan yang kian tajam menusuk nurani
Selalu, aku bapakmu yang gagal menelikung mimpi pagimu
Untuk kuatasnamakan bubur ayam kesenanganmu


Duhai nestapaku
Aku gamang menatap jalan lempangmu sekarang
Itu karena terpurukku menjadi bebanmu sekarang
Aku bapakmu yang kian tidak mampu mewujudsyukurkan takdirku
Aku bapakmu yang kian dalam harus menggali lobang
Untukmu dan adikadikmu berperang dengan kesempatan
Untuk kalian semua menyelusuri lorong pencapaian  kehidupan
Aku begitu takut kalian terperosok dalam relung tak teraba itu
Aku begitu takut kalian dipermainkan indah itu
Layar itu berlalu dan geletarannya membilu, meninggalkan jejak yang  kian tak terhapuskan
Meski gema sholawatku menggemuruh membantai kelelakianmu
Hanya pantulannya yang memendar tidak mampu menembusi
Padahal sujudku bahkan sudah membantai bumi
Meruntuhkan segalanya kenapa tidak juga mampu membuatku sadar
Bahwa hanya Dia yang bisa
Bahwa hanya Dia yang mampu
Hanya Dia yang berhak untuk bermain dan mempermainkan mimpi
Kehidupan

Maafkan bapakmu anakku
Aku gagal menebar semai untuk rintisan jalan lempangmu
Aku belum berhasil mencabuti onak yang mungkin saja membuatmu tersuruk di gulitanya nurani
Itu karena aku masih harus mengejar rahman dan rahimNya
Lurusnya beban masih belum juga mampu aku sandang untuk mu
Ada dosa di kelokan itu yang bapakmu belum sanggup menindasnya
Ada noda yang masih membeban anakku
masih membeban

maafkan bapakmu, anakku


***

hanya untuk restuMu

semakin aku tahu
semakin aku kian tidak mampu menjaganya
semakin aku masuk
semakin aku terpuruk dan tidak pernah bisa keluar lagi


duhai
kenapa yang membeban selalu diatasnamakan keindahan
kenapa yang membusukkan hati selalu diimpi
kenapa selalu yang melenakan adalah neraka jahanam
apakah semua keinginan harus terus dipasung dengan azabMu
padahal sujudku ingin membangkitkan karuniaMu
apakah  itu karena tulusku masih belum penuh seluruh, wahai Sang

wujudku selalu ingin kuatasnamakan ridhoMu wahai Sang
kalimahMu ingin kujaga untuk memberi batas lepas hatiku
tapi kenapa aku mesti selalu gemetar setiap dengung itu mendayu
apakah karena ikhlasku hanya dilepasnya sudut ucap
benarkah aku harus menuntaskan permainan itu hanya untuk menjaga maha penyayangMu
maha pengampunMu sepertinya kian membelit dan sukar kuisap
apakah karena dosa itu masih terus kujaga padahal noda
wahai Sang, berikan azabmu dan setelah itu ampunkan aku

sajadahku, memang harus selalu terhampar lurus membujur kaku
tapi selalu gagal menundukkan kalimahMu
hanya kalimatkalimat kefanaanku, menggema dan menelikung
setiap raungan ronta atas pinta ampunanMu
sebagai manusia aku adalah sehinahina hambamu, seburuk segala
maka bolehkah aku lelap di pelukMu wahai Sang

wahai sang pengelana malam
jangan terus beri aku ketakutanku itu
yasinku, ayat kursi itu, menggeletar harus direlungku
demi menjaga ketabahanku, kelelakianku sebagai bapa atas anakanakku
demi menjaga nisbiku padahal dzatnya hampir tak terasa
teraba dan terlihatnya juga hanya dimentari
apa karena azabku hanya tinggal dipenentuan hari
berlabuhlah untuk restuMu, wahai Sang

jangan beri aku tahu yang lebih
jangan bebani aku ragu yang penuh
sebab aku hanya hambamu yang fana
sementara yang hakiki adalah milikMu
aku takut tidak mampu menjaganya
hanya itu

*****

kiAMATLAH AKU

Mestinya kita masih bisa bermain dengan kesempatan anakku
Mestinya kalian semua masih bebas berkelana di luasnya  harapan
Semua ijinku harusnya hanya untuk bahagiamu


Tapi kenapa mesti ada murkaNya
Murkaku harusnya hanya untuk nakal dan kanakmu
Wahai kenapa tidak pendosa itu saja yang Kamu nisbikan
Kenapa tidak megahmewahnya itu yang kamu leburkan
Apakah agar dosa makin tak berampun wahai Sang
Sementara yang dilereng itu harus dimumurkAN
Agar  cukuplah sudah dosa yang terbuat
Agar tetaplah sudah nurani menjaga hingga di akhir diri

Pendosa itu terus memamah egonya wahai Sang
Berlumurnya ucap hanya semu yang ditawarkan, citra saja yang diagungkan
Dan  itu selalu tidak pernah sampai di angan, tidak pernah ada
Akankah itu saja yang digulung oleh murkaMu wahai Sang
Akankah kotaku itu saja yang seharusnya kamu tenggelamkan
Leburkan wahai Sang dan buat generasi baru atasnya
Agar tetap terus terjaga firman dan kalimahMu
Agar tetap terus terbina akhlak muliaMu

Kiamatlah aku
Anakanakku belum lagi siap untuk menyerbu, mereka hanya bisa menyeru
Membunuhi setiap kesempatan, menawarkan kesejatian
Sementara alam telah dimurkai oleh Nya
Runtuhnya segala, membekaskan jejak panjang nodaku
Aku kian takut pada anakanakku
Aku takut


,,,,,,,


AMPUNILAH AKU

“Ya Allah ya Tuhan kami, kami telah aniaya diri kami sendiri. Jika tidak Engkau ampuni kami dan Engkau rahmati kami, niscaya kami ini termasuk orang yang merugi.”


Sebab hanya denganMu ya Allah, diriku lebur dan bisa manjati segala lereng terjal kehidupan
Hanya dengan Mu aku mesti mampu berbalas diri untuk yang suci
Begitu sengitkah aku mesti menempur  diri yAng ingin tinggi ini
Begitukah dambaku demi hidup yang indah dan abadi, wahai Sang
Segala kini memudar, meredup hanya karena yang amanah selingkuhi hati nuraninya
Apakah moksanya jiwa mulia itu sebab dari ketersinggungan yang Mulia sehingga berteriaknya Dia  hanya gemuruhnya yang membinasakan ?
Bukan hanya sayang, tapi semuanya, semuanya pasti melebur dan yang melenggang adalah keabadian atas indahnya hati dan mulianya diri
Tidak sedikitkah terbersit jiwa nisbimu demi pencapaian itu wahai
Sebab yang terpuruk sebenarbenar dzatMu yang merugi
dan aku bersimaharaja rela yang sedang merugi
aku takut azabMu melamur di mata sementara aku belum mampu menekan sujudku dengan khusyuk Tuhanku
aku takut seluruh meluruh

wahai
aku belum lagi sempat mendoakan ibu bapakku
aku belum lagi mampu bersuci diri
gemeretaknya porosMu  sepertinya jengkelMu atas umat durhaka  yang senang mempermainkan firmanMu
begitu saja lantas semuanya mumur, tidak ada yang mampu mengatasi mahaMu wahai Sang
Maharajalah Kamu atas kekinian yang makin mengarus ke hulu itu
Maharajalah Kamu
Di saat itu, berilah arti pada hidupku  agar tidak terus menjadi hambamu yang merugi
Ampunilah aku

;;;;;;;;;;;;;;;;









HUMOR WARTAWAN 2

PERTANYAAN
DI SENSOR KADISPEN

    Saat itu, saya masih jadi ‘piyek’nya Masturi W. Syafaat di RCTI. Pangdam saat itu masih dijabat oleh Letjen (atau Mayjen ya ?) Subagyo, dan kapuspennya Letkol ( atau Kolonel, maaf saya lupa ) Bapak Sugeng. Mungkin karena sudah terlanjur akrab ya, bapak Sugeng, selalu kalau kita minta waktu untuk wawancara dengan Pangdam, selalu disuruh menuliskan daftar pertanyaannya dulu. Saya khususnya, yang paling sering mengajukan pertanyaan, yang menurut bapak kita neko-neko, yang paling sering disuruh menuliskan dengan rinci daftar pertanyaan yang akan ditanyakan.  Beliau kemudian membaca dan mencoret-coret daftar pertanyaan saya itu.
“ .... ini jangan ditanyakan ya, juga ini, ini, ini .... “     Hehehe biasanya dari 5 pertanyaan yang saya tulis, 4 diantaranya dicoret, tidak boleh ditanyakan. Tentu saya, masih punya banyak daftar pertanyaan di kepala, yang tidak semuanya saya tulis. Tapi saya sendiri dengan senang hati menuliskannya, untuk kemudian mengatakan tidak janji untuk tidak menanya
kannya. Karena Bapak Sugeng ini sebenarnya baik sekali dan amat sangat peduli dengan wartawan.
    Hehehe .... biasanya saya bekerjasama dengan wartawan dari media lain. Merekalah yang kemudian bertanya atas pertanyaan yang dicoret oleh Bapak Sugeng yang baik hati dan ramah itu. Hafal dengan kebiasaan saya itu, beliau kemudian kepada wartawan yang lain, menyatakan, jangan bertanya ini, itu ya .....
Tapi  wartawan seperti saya ini punya sifat dasar bandel, apalagi kalau kemudian pertanyaan itu tugas dari Jakarta yang harus mendapatkan jawab dari Pangdam. Bagaimanapun caranya, Pangdam harus mengeluarkan statement itu tekad saya.
    Nah, suatu ketika, saya dengan kameramen Sony, dan beberapa wartawan lainnya, melakukan wawancara dengan Pangdam di dekat lapangan upacara. Kadispen, bapak Sugeng, sejak awal sudah mencoret beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan. Tapi karena itu merupakan pertanyaan penting dari bos Masturi, yang harus mendapatkan jawaban, maka bagaimanapun caranya, saya harus berhasil mendapatkan jawabannya.
    Indera ke 6 bapak Sugeng rupanya tahu, kalau saya dan teman-teman yang lain akan nekat bertanya yang aneh-aneh. Beliau saat ini menempatkan diri di sebelah saya, sementara Sony, kameramen saya yang tinggi besar di belakang saya dengan kamera persis di atas kepala. Saya lirik, pak Sugeng terus mengawasi saya, kakinya yang bersepatu boot tentara, mepet persis dengan kaki saya yang mengenakan sepatu kets tipis. Waduh... blaik ini, permainan kaki pasti akan terjadi. Hhehehe saya, sering mengalaminya saat harus melaku
kan wawancara dengan walikota Sukawi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kritis. Kaki saya diinjak oleh petugas Humas, itu yang sering terjadi. Sakit tentu saja.
    Membayangkan akan diinjak oleh sepatu boot tentara yang berat, pasti sakit. Saya njawil pinggang Sony, dan dengan cepat bergeser lebih ke dalam, sementara Sony maju dan  menempatkan diri persis di sebelah Bapak Kadispen. Beliau yang kemudian sadar, segera menggeser ke belakang Sony dan mepet saya dari belakang dengan menempatkan kakinya kembali persis di dekat sepatu saya. Saya yang tahu gelagat, segera kembali di depan Sony, sementara Sony mundur kembali. Hehehe saya sendiri, kalau ingat hal itu suka senyum sendiri, kayak anak kecil main jethungan. Padahal saat itu, teman-teman yang lain  sedang asyik berdialog dengan Pangdam.
    Polah saya yang maju mundur, menghindari sepatu bapak Kadispen, rupanya terlihat juga oleh Pangdam.
“ Kalian lagi ngapain sih.... dari tadi kok usrek saja.... “  Demikian tanya Pangdam.
Dan saya hanya bisa nyengir, tanpa bisa menjawab. Sementara bapak Sugeng, hanya bisa menjawab, “ Siap Jendral ! ... “ sembari mendelik kepada saya.
    Hehehehe yang pasti setelah itu, saya berhasil mendapatkan jawab atas pertanyaan yang sangat krusial itu. Sementara pulangnya, setelah di briefing singkat di ruangan Kadispen, diberi oleh-oleh :
“Besok lagi jangan diulangi lagi ya....  “
    Ah, betapa kangennya bertemu dengan Kadispen yang baik dan semanak itu. Sekarang beliau tugas di mana ya ?

          *****

DIMARAHI SOPHIA LATJUBA
DAN INDRA LESMANA

    Ini ceritanya, saya masih bekerja sebagai wartawan di Harian Kartika. Saya waktu itu mendapatkan tugas meliput acara pementasan banyak artis di lantai 7 Matahari Simpang lima Semarang. Salah satu artisnya adalah suami istri Indra Lesmana, yang waktu itu masih beristrikan Sophia Latjuba.  Bersama dengan beberapa wartawan hiburan dari beberapa media, saya melakukan wawancara dengan beberapa artis di ruang ganti.
    Saya, setelah merasa cukup dengan artis yang lain, kemudian menuju ke pasangan suami istri, yang saat itu lagi mesra-mesranya. Pertanyaan lantas menjadi obrolan, karena Indra dan Sophia sendiri orangnya sangat ramah. Namun, tatkala dengan santun, saya menanyakan, kemampuan bernyanyi Sophia, dan aji mumpung nya ? Meledaklah emosi si Indra ?
    ”Anda dari media apa ? Pertanyaan anda sudah menghakimi, saya tersinggung! Bukan begitu cara bertanya yang baik.  Kalau vokal Sophia hanya polesan dan di mix di studio, tidak mungkin dia akan berani tampil live seperti saat ini .........  ”
    Saya diamkan si Indra meluapkan emosinya, sampai kemudian berhenti sendiri, sementara saya tetap mengacungkan tape kecil untuk merekam semua amarahnya itu. Saya tatap matanya yang penuh emosi itu dengan tatapan sewajarnya saja.  Setelah semua uneg-unegnya selesai ditumpahkan semua, saya dengan santai bilang :
    ”Pertanyaan saya itu merupakan pertanyaan titipan dari para penggemar kalian lho. Jawablah dengan jujur, kalau memang Sophia bisa bernyanyi live dengan baik, sebaik yang ada di dalam kaset, kamilah nanti yang akan menuliskannya untuk penggemar kalian. Tidak perlu marah begitu, oke ? Menurut mbak Sophia sendiri bagaimana ? ”
    Sophia Latjuba yang sangat cantik, putih dan harum itu, semula dahinya sudah berkerut. Matanya juga terlihat ada bara api. Tapi begitu mendengar alasan saya, kelihatan sekali dia mencoba meredam emosinya. Pipi putihnya yang awalnya merah, berangsur-angsur putih kembali. Matanya kembali teduh dan bersinar lembut. Sophia memang cantik.
    ”Pertanyaan kamu tadi memang sangat mengejutkan mas. Baru kali ini ada wartawan yang berani bertanya seperti itu. Tapi okelah, masyarakat memang harus tahu, kalau saya sebenarnya bisa bernyanyi. Tidak amat bagus memang, ya lumayanlah, yang pasti tidak fals. .....”
    Sophia mengatakan semuanya itu dengan memegang tangan Indra, yang kelihatan masih emosi. Dan teman-teman wartawan yang kemudian datang, karena mendengar suara keras Indra Lesmana, malah tertarik atas jawab dari pertanyaan saya itu. Dan wajah cantik Sophia lantas menjadi sasaran kamera teman-teman. Semu merah pipinya yang masih menyimpan emosi, makin membuatnya bak bidadari. AH, betatapun kamu, Sophia memang cantik he he he
    Akhir cerita, penampilan mereka berdua ternyata benar-benar tidak mengecewakan. Sophia berhasil mengimbangi musikalitas Indra yang tanpa batas. Vokalnya juga tidak fals amat, meski kalau mau jujur, juga tidak terlalu kuat. Vokal seadanya itu berhasil dibungkus oleh musik dan syair yang kuat. Itu saja.
                 
                *****


DIPUKUL GUS DUR DENGAN PECI

    Seorang wartawan itu harus tahu dan menguasai materi. Kalau tidak, tanggung sendiri akibatnya. Hehehehe hal itu saya alami, saat dalam satu kesempatan mewawancarai gus Dur, yang saat itu masih menjabat sebagai presiden. Dan saya saat itu masih menjadi piyeknya Masturi W. Syafaat, di RCTI.
    Saat itu gus Dur mampir ke Semarang, tepatnya istirahat di Masjid Baiturahman, sebelum menuju ke Demak, untuk menghadiri acara PBNU. Dari  bos Maturi, saya dapat tugas untuk  mewawancari gus Dur terkait suatu permasalahan ( maaf, saya lupa apa pastinya). Protokoler di seputar gus Dur yang longgar, membuat banyak teman wartawan termasuk saya bisa bebas mendekati gus Dur. Saat itu gus Dur yang didampingi banyak kyai sepuh dan beberapa menteri, sedang istirahat di salah ruang di kantor masjid. Setelah minta ijin, kami kemudian mendekati gus Dur dan memohon kesediaan beliau untuk sedikit wawancara. Alhamdulillah bersedia.
    Saya waktu itu, yang paling dekat dengan gus Dur, yang duduk di sofa. Berbagai pertanyaan mengalir, disertai dengan sendau gurau khas gus Dur. Saat ada lontaran jawab gus Dur yang menarik untuk saya kembangkan (lagi-lagi saya lupa apa itu ), segera saya sambar untuk meminta penjelasan. Gus Dur, entah bisa melihat saya atau tidak, yang pasti,  dia memandangi saya dengan lekat. Saya yang bersender di tangan sofa gus Dur, dan saat itu memakai topi, dipegang topi saya, dan di tanya
    ”Kamu wartawan Semarang ya ? Kamu tahu apa yang kamu tanyakan tadi ? Kamu tahu apa masalahnya ? ----- ” Tanya gus Dur sembari tangan beliau ada di bahu.
    Saya, yang terus terang kurang menguasai masalah, gelagapan sejenak. Untung, saya segera menguasai diri  dan berkilah , ”Itulah makanya gus, saya bertanya. Saya ingin tahu apa pendapat gus tentang itu ...... ”
    Begitu selesai ucap saya, tawa terkekeh kekeh khas gus Dur segera terdengar. Dan kemudian, dengan cepat peci gus dur mendarat di kepala saya. Yang kemudian diikuti derai tawa seisi ruangan.
    ”Ya begini ini wartawan...  begini ini aslinya, tidak tahu tapi pura-pura tahu untuk memancing kita berkomentar...  hehehehehe kamu dari mana ? Kalian semua, kalau menghadapi wartawan kayak gini, hati-hati kalau menjawab. Jangan terpancing ..... hehehehehe  ”
    Banyak sekali kata-kata gus yang ditujukan kepada saya, yang terus terang muka saya makin lama makin memerah. Untungnya, ucapan gus itu ditutup dengan, ” ........  ndak pa pa, kamu memang boleh bertanya meski kamu sendiri tidak tahu persis permasalahannya. Memang harus begitu, biar tidak salah saat harus menuliskannya untuk pembaca. Ndak apa apa itu. Siapa namamu ? ”
    Alhamdulillah, ditengah isinnya saya, ada sedikit pujian untuk  itu. Kemudian, mas Agus Fathudin Yusuf, redaksi dari Suara Merdeka, yang mengambil alih dialog. Karena dia menguasai sekali permasalahannya, dialog menjadi gayeng, dan gus Dur melupakan saya, yang ngglesot di sebelahnya persis, sambil terus mengacungkan mic, sementara Sony, kameramen saya masih terkekeh kekeh, geli bin senang melihat repoternya diketawain seluruh ruangan.
    Hehehehehehe, kalau tidak ingin malu, jangan pernah lupakan untuk minimal tahu permasalahan apa yang hendak kita tanyakan.

                *****

DIBERI SETUMPUK BUKU UNTUK DIPELAJARI

    Menjadi wartawan memang sangat diharapkan menguasai apa saja. Sebagai reporter piyek yang membantu Bos Masturi di RCTI, saat itu ada tugas dari redaksi Jakarta, untuk melakukan peliputan seputar masalah ekonomi. Yang jadi sasaran, selain dari dunia perbankan di BI juga pengusaha, pelaku bursa efek dan beberapa pengamat ekonomi lainnya. Melakukan peliputan ekonomi memang menjadi tugas yang paling berat bagi saya, setelah saya melakukan peliputan berita-berita kriminal, politik, sosial dan budaya. Kenapa ? Karena banyak istilah ekonomi, istilah perbankan, yang saya sendiri tidak menguasainya.
    Nah, ini cerita saat saya melakukan wawancara dengan pejabat Bank Indonsia cabang Jateng DIY, yang kantornya saat itu masih di depan kantor Pos Semarang. Janjian jam 10.00, saya bersama Sony, sang kameramen, sudah datang jam 9.45. Setelah menunggu sekitar 15 menit, di ruang tunggu yang nyaman ber AC, datanglah sang pimpinan BI dengan disertai 4 direktur dari berbagai divisi yang ada di BI.
    Blaik aku. Pasti kacau nih. Saya kan tidak begitu menguasai istilah-istilah perbankan dan dunia ekonomi. Sony yang melihat saya sedikit gugup, segera njawil dan bilang, ” ... mengalir aja dik.”
    Mengalir sih mengalir, tapi kalau kelihatan bloonnya, malu juga kan. Benar juga, setelah basa-basi saling menanyakan kabar, saling tukar kartu nama dan sedikit bergurau, dialog masuk ke materi. Ketahuan deh, kalau saya tidak menguasai permasalahan. Materi yang disampaikan ternyata sangat teknis dan banyak sekali istilah perbankan dan ekonomi. Untung aku membawa tape perekam. Beberapa kali, saya meminta tolong untuk mereka menuliskan bagaimana ejaan dari istilah perbankan yang mereka sampaikan.
    Karena dilihatnya, saya kurang menguasai permasalahan, pimpinan BI kemudian sekali dengan bijaksana menyetop dialog, dan berucap ....
    ”Gini aja mas, karena mas didik kelihatan belum begitu menguasai materi, ini kami pinjami buku-buku terkait permasalahan ekonomi saat ini. Kamu bisa pelajari dan setelah menguasai, ke sini lagi. Kita ingin ada dialog yang saling mengisi, jadi kalau mas bisa menguasai permasalahannya, pasti dialog akan bisa lebih berkembang, bagaimana mas, setuju ? ”
    Entah bagaimana wajah saya ketika itu, yang pasti, malu jelas. Isin juga pasti, merah ? Jangan tanya lagi, kayak kepiting di rebus. Dan Sony, yang saya lirik hanya senyum-senyum sambil tetap asyik ngambil gambar. Diamput tenan Sony ini hehehhehe
    Karena saya sendiri menyadari kekurangan saya itu,  maka dengan berbesar hati, saya ambil tumpukan buku tebal-tebal yang berisi data dan banyak istilah ekonomi itu. Saya masukkan sebagian ke tas punggung, sebagian saya tenteng. Mencoba tetap gagah dan terhormat, saya pamit dan menyatakan siap melakukan wawancara 2 – 3 hari ke depan.
    Sebuah rangkulan tulus ke pundak dan beberapa kali tepukan halus di punggung, mengantarkan saya dan Sony ke pintu keluar ruang pertemuan.
”Segera kontak saya ya mas! Kita siap berdiskusi lagi....  ” Begitu kata pimpinan ( maaf, saya lupa namanya ). Dan saya, sembari tersenyum kecut menyatakan, SIAP! Hehehehhe
    Seorang wartawan memang harus serba tahu tapi tidak sok tahu. Seorang wartawan harus mau belajar, itu yang pasti. Minimal  dia harus mau membaca, agar kejadian yang tidak mengenakkan seperti yang saya alami tidak kalian alami. Bagi saya, hal itu makin memacu saya untuk terus mengembangkan diri. Dunia wartawan memang sangat kompleks. Dan hanya wartawan yang mau belajar dan mampu mengembangkan diri , yang akan sukses. Benar tidak ?

diknas kota Semarang, tunggu payung hukum untuk actionnya


BUDI SUDARYANTO SE MT, DARI AKTIFIS KAMPUS, MENJADI PENJAGA MORAL ANAK NEGERI




SEKOLAH SWASTA PUNYA HAK SAMA DAPAT ANGGARAN DARI PEMERINTAH

PERSEBARAN GURU DI JATENG, BELUM BERKEADILAN DAN TERKENDALA POLITIS


BINTANG KAMU