InDAhnYa BeRBAgI

Selalu ingin berbagi, itulah pustaka CONAN.
Saat ada amanah di diri, maka itu adalah perjuangan untuk berbagi dengan tulus dan ikhlas kepada sesama.
Selamat datang semuanya.
Saat kalian merasa harus berbagi, apapun itu, maka disinilah tempatnya.
Sebab, berbagi itu ibadah. Dan ibadah itu surga jaminannya.

Senin, 06 Juni 2011

SEKOLAH SALOMO AKAN DIJADIKAN LAHAN PARKIR


SEKOLAH SALOMO AKAN JADI LAHAN PARKIR

Sebuah kalimat bijak dari Nabi Muhammad SAW berbunyi “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China”.  Namun apalah daya, jangankan sampai ke China, di negeri sendiri saja Sekolah Salomo 1 Semarang sudah harus menghadapi nasib akan digusur dan dijegal oleh Sam Poo Kong. Sejak 10 April 2011, ketenangan belajar siswa sekolah Salomo mulai terusik. Sekolah  mengumumkan bahwa yayasan kalah dalam perkara sengketa tanah melawan Yayasan Kelenteng Sam Poo Kong.
Kelenteng Sam Poo Kong adalah lokasi wisata terkenal di Kota Semarang. Peninggalan Laksamana Cheng Ho tahun 1416 itu mulanya sebuah masjid yang dibangun di tanah tak bertuan di delta Kaligarang.  Dan sekolah Salomo yang dikelola Yayasan Pendidikan Kranggan berdiri di  atas tanah seluas 1.273 ­M ­ tepat disamping kanan Klenteng Sam Poo. Yayasan Sam Poo Kong mengklaim sebagai pemilik tanah, dan sekolah menyewanya sejak tahun 1969.
Sengketa tanah itu dimenangkan Yayasan Kelenteng Agung Sam Poo Kong di tingkat Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Semarang. Rencananya lahan yang saat ini ditempati TK,SD,dan SMP Salomo akan dijadikan area parkir. Kepentingan pendidikan anak negeri dikalahkan oleh kepentingan bisnis.
            “Banyak kejanggalan dan ketidak adilan yang kami rasakan dalam putusan pengadilan ini. Oleh karenanya kami akan terus mempertahankan sekolah salomo sampai kapanpun,” tegas Dr Purnomo Hadi MSi Kepala SMP Salomo.
Sekolah Salomo dibawah Yayasan Pendidikan Kranggan, merupakan sekolah dengan misi sosial. Rata-rata mereka yang bersekolah adalah rakyat dari kaum dhuafa seperti pemulung, buruh pabrik, pedagang kaki lima,  yang  semuanya hampir tidak mampu membayar uang sekolah. “Sekolah ini kan gratis, dari 180 siswa saat ini, 90 persen adalah siswa miskin. Masyarakat menyayangkan kalau kami menutup sekolah," katanya.
Terkait rencana penggusuran sekolah, ia mengaku pihaknya optimistis keberlangsungan pembelajaran sekolah itu akan tetap berjalan dengan dukungan berbagai pihak, terutama masyarakat. "Kami kan tengah mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) atas putusan PN dan PT Semarang itu. Kalaupun akhirnya kami kalah dan digusur, setidaknya disediakan lahan pengganti yang layak," kata Purnomo.
Debora Jeanvina C, siswa kelas VIII SMP Salomo 1 Semarang juga berharap sekolahnya tidak digusur, sebab dirinya selama ini sudah nyaman belajar di sekolah itu. "Maunya kami ya jangan digusur, bagaimana kami sekolah nantinya," katanya, diamini Rachel Ajeng Yuliana, temannya sesama kelas VIII SMP Salomo Semarang.

Masyarakat harus siap bergerak
Ketidak ikhlasan jika sekolah Salomo digusur  juga dirasakan oleh Jesica Deviana Anggraini.  Siswa kelas 2 SD Salomo ini saking cintanya sampai mengigau saat tidur, tidak mau jika sekolah digusur. Ketidakrelaan dan dan pernyataan sikap siap membela Salomo dinyatakan juga oleh alumni. Sriatun (50) warga Jangkal adalah salah satunya.  “Saya tidak rela dan akan turut berjuang mempertahankan Salomo supaya jangan sampai digusur,” tegasnya. Hal senada juga diungkapkan Sri Sutinah (61th) Dia dan anak cucunya bersekolah di Sekolah Salomo. “Apapun yang terjadi, Salomo harus tetap ada disini,”ungkapnya.
Diakui atau tidak keberadaan Salomo sangat membantu masyarakat kaum marginal yang  berada di lingkungan sekitar Bongsari. Sejak tahun 1974 sekolah ini sudah melaksanakan pendidikan bagi banyak orang miskin. Biaya operasional sekolah banyak dibantu donator, dari berbagai kalangan. Walau masih status sekolah standar minimum atau SSM namun kelulusan SMP Salomo mencapai seratus persen. Hasil ini merupakan usaha keras dari SDM  guru-guru yang mengajar. “SDM kami rata-rata IPK nya cumlaude, dan jauh-jauh hari sebelum ujian nasional kami menambah jam pelajaran khusus untuk mata pelajaran khusus UN,”jelas Purnomo.
Guru dan karyawan di Salomo ada 33 orang dengan gaji rata-rata 200 ribu- 300 ribu. Upah Rp 14.500 per jam sangat jauh dari memenuhi kebutuhan oleh karenanya semangat mencerdaskan anak bangsa ini yang tidak bisa dibeli dari jiwa-jiwa pengajar di Salomo.
Kalau kemudian sekolah yang mengemban misi mulia ini, harus dikalahkan oleh kepentingan bisnis pihak kelenteng, tentunya amat sangat disayangkan. Apalagi kalau kemudian keberadaannya  tergantikan hanya oleh lahan parkir ? Kenapa para pengelola kelenteng tidak mau peduli sedikit saja pada upaya mulia mencerdaskan anak bangsa itu ? Kalau memang benar yang dikatakan kepsek Salomo, ada banyak kejanggalan dan ketidakadilan, maka yang harus dilakukan hanya satu, lawan terus. Tuntut keadilan hingga keadilan benar- benar bisa ditegakkan.
Visi Sekolah Salomo adalah mempersiapkan generasi yang berkualitas, tekun dan berilmu.  Nasib 187 siswa yang terdiri atas 70 siswa SMP, 90 siswa SD, dan 27 siswa TK sangat  bergantung pada keberadaan Salomo. Akan sulit menemukan sekolah sejenis di daerah sekitar Semarang Barat.
Banyak pihak yang bersimpati akan nasib dari Sekolah Salomo. maka begitu masuk gapura Salomo ada spanduk bertuliskan Posko Relawan Selamatkan Salomo. Sekolah Salomo  berada di jalan  Simongan 127 Semarang. Bagaimana perasaanmu jika sekolahmu akan dijadikan lahan parkir? Itulah yang dirasakan anak-anak Salomo. (dr)


QUO VADIS DUNIA PENDIDIKAN


DICARI : PEMIMPIN TEGAS



BERMAIN BINTANG