Puisi-puisi
didik m. riyadi
LAGU RINDU
“ Kala seorang jelata dalam kesengsaraan
Ringan baginya untuk mendaki tumpukan Lumpur “
Betapa
Aku jelata yang coba memanah rembulan
Nanah saja yang mengucur
Deras menjadi tirai nurani
Selalu tidak pernah sampai didambanya diri
Kenapa mesti ada dosa atas rindu ini
Mereka dicemaskan oleh diri mereka sendiri
Dan aku, menulusuri jalan panjang dengan beban noda
Diri Mu sempurna, atas takdir dan hidayahku
Kenapa tidak pernah bisa sempurna sujud syukurku
Kenapa aku tidak pernah bisa ikhlas menerima semua pemberian MU
Padahal lagu rindu selalu aku lantunkan atas kalimat indah Mu
Tubuh ini sudah membuih membawa asma Mu
Mimpipun selalu kuatasnamanakan doa
Linu perih diri ini membayangkan renta itu luluh atas azabmu
Gemetar ….. gelisah ….. dan aku selalu rindu diri Mu
Wahai Sang Kuasa alam
Wahai Sang Kekasih
Turunkan ijin Mu untuk aku bermain dengan nurani
Jangan beri aku dosa lagi
Tutup pintu itu untuk goda gelora ragawi
Aku selalu rindu atas malam-malam syahdu Mu
Dan aku tetap jelata yang ringkih mendaki tumpukan Lumpur
Atas ijinmu wahai Yang Maha Esa
9.43 10/12/09
Aku harus selalu rindu pada Mu wahai
Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia
QS. Al-Baqarah : 83
aku harus selalu rindu pada Mu wahai
Pada gulita malam saat bersujut mencari hidayah Mu
Pada benderangnya silau ragawi makhluk manis Mu
Kenapa selalu tidak pernah sampai ke angan wahai
Raga ini makin melemah dengan semua anugerah Mu
Pagi ini telah aku sapa dunia dengan senyum
Dan betapa desir hati berlalu bahagia
Mendaki cinta sesama memberi sedekah nurani
Pernah aku sebahagia begini saat dini
Semuanya berpendar memencar menyelusup relung hati
Yang baik-baik selalu baik untuk semua
Tapi di tikungan jalan itu ada kelokan yang memumurkan
Meluluhlantakkan kedirianku
Aku ternyata bukan insan sempurnya di hadapan Nya
Yang tergolek itu aku bahkan belum sempat menengoknya
Dan aku telah sombong menghargai tinggi diri sendiri
Maafkan aku wahai Sang Penguasa Alam
Tolong ajarkan aku memanjat kerendahan hati sang jelata
Tuntun aku menuju ke ikhlasannya
Sebab aku sang jelata lainnya
Yang hampir meninggikan diri padahal semua semata milik Mu
Jangan biarkan aku jatuh cinta pada semu itu wahai Sang
Meski hanya sebentar ijinkan aku mereguk binar Mu wahai
Janji utuh selalu merunut jalan ridho Mu itulah diriku
Apakah belum cukup sujud dan kekinianku wahai Sang
Beri aku selarik kilasan untuk jalan gulitaku
Agar aku tidak makin terperosok pada dina itu
Agar aku tidak makin lena oleh anugerah Mu
Apakah aku harus selalu rindu pada Mu wahai Sang !
10.30 10/12-09
MALAM TADI AKU MENANGIS
Yasin, wal quranul hakim …….
Gemetar aku runtuh atas kuasa Mu
betapa kecil aku di hariban Mu
berupa titik menjadi tak teraba
kemana semua angkuh diri ini bersembunyi
Yasin …….
Beribu dengung itu memancar ke segala penjuru
Menusuk membilu mencari sisa-sisa kuasa Mu
Kenapa ada tangis yang diam-diam menyelinap malu
Mungkinkah rasa itu muncul ketika takut ada pada maha sayang Mu
Jangan pernah merasa kecil meski kefanaan ini benar nyata
Aku sempat tinggi memancangkan tekad menggapai nirwana
Saat ragawi mencecap beribu nikmat yang tak lebih semesta
Ternyata hanya fatamorgana di tandusnya gurun kehidupan
Ada terus dahaga itu meski serangkum anggur di pelukan
Ada terus rasa kurang itu meski kamu sesakki diri dengan duniawi
Betapa ada takut atas azabmu Ya Rabbi
Aku kecil atas semua kuasa Mu
Malam tadi aku menangis Ya Allah
Saat takdir menjadi mainan Mu yang penuh menyeluruh
Rahasia Mu menjadi makin tak teraba atas diriku
Atas mereka yang tadi selintas memainkan peran duniawinya
Yang masih tinggi memerankan dirinya padahal selepas titik
Tidak ada apa-apa lagi selain permainan maha Mu
Penyesalan selalu datang pada saat paling akhir sayang
Penyesalan itu menyesakkan
Yasin ……
Peluk aku ya Yang Maha Tinggi
Hangati aku dengan tatapan Mu
Rengkuh aku dengan hidayahmu
Jangan biarkan nadi ini terus berdenyut hanya untuk membuat hina
Jangan lepas aku dalam gulita keperkasaan syahwat ini
Jangan pernah biarkan aku melepas diri Mu Ya Allah
Aku bisa menyesali kehidupanku selama ini
Sebab aku adalah titik yang makin tak berada di tatap Mu
Sebab aku adalah rapuh yang tidak ada di kuasa Mu
Ya Rabbi …………….
5.27 11/12 - 09
DAN APAKAH AKU MESTI MENANG
Maafkan aku karena cintaku penuh seluruh
Itu karena aku bahagia dalam peluk Mu
Menyanyangi Mu membuatku bahagia
Melenakan semua diri yang kini
Terpurukku atas kuasa Mu membuatku malu
Aku bahkan sempat menilai tinggi hati ini
Padahal senoktah saja diri tidak ada peri di rahman Nya
Di rahmat Nya aku menggantung tinggi nuraniku
Sejuk kini adalah pencarianku selama ini
Semua karena “Allah telah menurunkan air [hujan] dari langit.
Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya “
Betapa bahagia mengetahui ridho Mu atas pertaruhan mautku
Memungkasi sembilu yang dihujam tajamkan untuk noda
Aku pernah kalah oleh dina itu
Aku sempat hanyut dalam wangi nafas paginya
Dan atas nama DIA yang kuasa aku bisa bertempik selangit
Wahai indahnya di peluk Mu, di pelukku sejuta mer0na
Bahagia pagi ini adalah dua purba yang mewujud
binaran sisi hati betapa indah sinar mentari
Aku ingin berpuisi untuk Maha Penyayang Mu
Maha Pengasih Mu wahai setulus aku mencintai ibuku
Maaf aku mencoba tabah meski tangis itu diam-diam menyelinap malu
Ada kekuatan ngilu yang membuatku tersungkur pilu
Kembali dina menyeru menyerbu merengkuhku
Betapa bahagia mengetahui ridho Mu atas pertaruhan mautku
Dan apakah aku mesti menang ?
8.52 11/12-09
MUSLIMLAH AKU
Rasulullah bersabda,
“Orang muslim adalah yang menjaga orang-orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya.”
Dan aku terperangah terporosok dalam sekali
Gulita ini membuatku meradang
Kenapa selalu tidak pernah ada ikhlas diri untuk bahagianya
Apakah karena aku sempat mencintainya penuh seluruh
Junjunganku,
kenapa aku selalu tidak mampu merunut jalan lempang Mu
padahal jelas yang bersinar itu bukan untuk diriku
juga dia
kenapa geragap selalu muncul saat ingin berbagi bahagia sesama
ternyata sujudku masih tertutup sembilu
yang tajam menghujam tadi malam di lekuk manisnya
bolehkah dia menjadi penjaga nurani ku wahai Sang
seperti roda perjalanan
yang menggelinding selalu itu mesti diikuti nurani
agar tidak terporosok di kelok kehidupan
dan karena aku mesti menjaga saudaraku
maka jagalah aku wahai Sang dari amuk kemungkaran
kemustahilan adalah aku dengan kefanaanku
sementara dzat Mu seluruhnya mengalir atas rahman rahim Mu
ijinkan aku memamah rembulan dihatinya wahai Sang
agar tidak ada lagi keraguan akan sucinya
suciku tercecer di pojok-pojok jalanan
di perkampungan itu bukan aku lagi yang ada
: tolong jaga aku wahai Sang dari sesat itu
Maka. saat semuanya membeban
Bolehkah aku tetap bangga dengan Mu wahai
Meski aku
sempat gemetar tersungkur di pelukmu kemarin siang.
Kemarin
Semua menjadi membeban
Menyemak dalam gulitanya diri
Kenapa mesti ada keraguan dalam diri TuhAN
Sementara jelas-jelas yang fana adalah aku
Untukmu : tak teraba
11/5/2006
Didik M. Riyadi
Jl Candi Mutiara Selatan III / 304
RT 3 RW 6 Kalipancur – Ngaliyan
Semarang 50183
Telp. 024. 7609384 / 085 271 8682 56
No. Rek :
BRI a/n Mochamad Riyadi S.Sos no. 3041-01-011664-53-1
Maafkan aku bila rengkuh sayangku hanya pilu
Sebab murkaku masih penuh seluruh
Senyum tulusmu seharusnya tidak lagi membeban
Hanya asmaNya yang sempat kurajut lewat liur semalam
Dan itu, selintasan yang kian tajam menusuk nurani
Selalu, aku bapakmu yang gagal menelikung mimpi pagimu
Untuk kuatasnamakan bubur ayam kesenanganmu
Duhai nestapaku
Aku gamang menatap jalan lempangmu sekarang
Itu karena terpurukku menjadi bebanmu sekarang
Aku bapakmu yang kian tidak mampu mewujudsyukurkan takdirku
Aku bapakmu yang kian dalam harus menggali lobang
Untukmu dan adikadikmu berperang dengan kesempatan
Untuk kalian semua menyelusuri lorong pencapaian kehidupan
Aku begitu takut kalian terperosok dalam relung tak teraba itu
Aku begitu takut kalian dipermainkan indah itu
Layar itu berlalu dan geletarannya membilu, meninggalkan jejak yang kian tak terhapuskan
Meski gema sholawatku menggemuruh membantai kelelakianmu
Hanya pantulannya yang memendar tidak mampu menembusi
Padahal sujudku bahkan sudah membantai bumi
Meruntuhkan segalanya kenapa tidak juga mampu membuatku sadar
Bahwa hanya Dia yang bisa
Bahwa hanya Dia yang mampu
Hanya Dia yang berhak untuk bermain dan mempermainkan mimpi
Kehidupan
Maafkan bapakmu anakku
Aku gagal menebar semai untuk rintisan jalan lempangmu
Aku belum berhasil mencabuti onak yang mungkin saja membuatmu tersuruk di gulitanya nurani
Itu karena aku masih harus mengejar rahman dan rahimNya
Lurusnya beban masih belum juga mampu aku sandang untuk mu
Ada dosa di kelokan itu yang bapakmu belum sanggup menindasnya
Ada noda yang masih membeban anakku
masih membeban
maafkan bapakmu, anakku
hanya untuk restuMu
semakin aku tahu
semakin aku kian tidak mampu menjaganya
semakin aku masuk
semakin aku terpuruk dan tidak pernah bisa keluar lagi
duhai
kenapa yang membeban selalu diatasnamakan keindahan
kenapa yang membusukkan hati selalu diimpi
kenapa selalu yang melenakan adalah neraka jahanam
apakah semua keinginan harus terus dipasung dengan azabMu
padahal sujudku ingin membangkitkan karuniaMu
apakah itu karena tulusku masih belum penuh seluruh, wahai Sang
wujudku selalu ingin kuatasnamakan ridhoMu wahai Sang
kalimahMu ingin kujaga untuk memberi batas lepas hatiku
tapi kenapa aku mesti selalu gemetar setiap dengung itu mendayu
apakah karena ikhlasku hanya dilepasnya sudut ucap
benarkah aku harus menuntaskan permainan itu hanya untuk menjaga maha penyayangMu
maha pengampunMu sepertinya kian membelit dan sukar kuisap
apakah karena dosa itu masih terus kujaga padahal noda
wahai Sang, berikan azabmu dan setelah itu ampunkan aku
sajadahku, memang harus selalu terhampar lurus membujur kaku
tapi selalu gagal menundukkan kalimahMu
hanya kalimatkalimat kefanaanku, menggema dan menelikung
setiap raungan ronta atas pinta ampunanMu
sebagai manusia aku adalah sehinahina hambamu, seburuk segala
maka bolehkah aku lelap di pelukMu wahai Sang
wahai sang pengelana malam
jangan terus beri aku ketakutanku itu
yasinku, ayat kursi itu, menggeletar harus direlungku
demi menjaga ketabahanku, kelelakianku sebagai bapa atas anakanakku
demi menjaga nisbiku padahal dzatnya hampir tak terasa
teraba dan terlihatnya juga hanya dimentari
apa karena azabku hanya tinggal dipenentuan hari
berlabuhlah untuk restuMu, wahai Sang
jangan beri aku tahu yang lebih
jangan bebani aku ragu yang penuh
sebab aku hanya hambamu yang fana
sementara yang hakiki adalah milikMu
aku takut tidak mampu menjaganya
kiAMATLAH AKU
Mestinya kita masih bisa bermain dengan kesempatan anakku
Mestinya kalian semua masih bebas berkelana di luasnya harapan
Semua ijinku harusnya hanya untuk bahagiamu
Tapi kenapa mesti ada murkaNya
Murkaku harusnya hanya untuk nakal dan kanakmu
Wahai kenapa tidak pendosa itu saja yang Kamu nisbikan
Kenapa tidak megahmewahnya itu yang kamu leburkan
Apakah agar dosa makin tak berampun wahai Sang
Sementara yang dilereng itu harus dimumurkAN
Agar cukuplah sudah dosa yang terbuat
Agar tetaplah sudah nurani menjaga hingga di akhir diri
Pendosa itu terus memamah egonya wahai Sang
Berlumurnya ucap hanya semu yang ditawarkan, citra saja yang diagungkan
Dan itu selalu tidak pernah sampai di angan, tidak pernah ada
Akankah itu saja yang digulung oleh murkaMu wahai Sang
Akankah kotaku itu saja yang seharusnya kamu tenggelamkan
Leburkan wahai Sang dan buat generasi baru atasnya
Agar tetap terus terjaga firman dan kalimahMu
Agar tetap terus terbina akhlak muliaMu
Kiamatlah aku
Anakanakku belum lagi siap untuk menyerbu, mereka hanya bisa menyeru
Membunuhi setiap kesempatan, menawarkan kesejatian
Sementara alam telah dimurkai oleh Nya
Runtuhnya segala, membekaskan jejak panjang nodaku
Aku kian takut pada anakanakku
Aku takut
,,,,,,,
AMPUNILAH AKU
“Ya Allah ya Tuhan kami, kami telah aniaya diri kami sendiri. Jika tidak Engkau ampuni kami dan Engkau rahmati kami, niscaya kami ini termasuk orang yang merugi.”
Sebab hanya denganMu ya Allah, diriku lebur dan bisa manjati segala lereng terjal kehidupan
Hanya dengan Mu aku mesti mampu berbalas diri untuk yang suci
Begitu sengitkah aku mesti menempur diri yAng ingin tinggi ini
Begitukah dambaku demi hidup yang indah dan abadi, wahai Sang
Segala kini memudar, meredup hanya karena yang amanah selingkuhi hati nuraninya
Apakah moksanya jiwa mulia itu sebab dari ketersinggungan yang Mulia sehingga berteriaknya Dia hanya gemuruhnya yang membinasakan ?
Bukan hanya sayang, tapi semuanya, semuanya pasti melebur dan yang melenggang adalah keabadian atas indahnya hati dan mulianya diri
Tidak sedikitkah terbersit jiwa nisbimu demi pencapaian itu wahai
Sebab yang terpuruk sebenarbenar dzatMu yang merugi
dan aku bersimaharaja rela yang sedang merugi
aku takut azabMu melamur di mata sementara aku belum mampu menekan sujudku dengan khusyuk Tuhanku
aku takut seluruh meluruh
wahai
aku belum lagi sempat mendoakan ibu bapakku
aku belum lagi mampu bersuci diri
gemeretaknya porosMu sepertinya jengkelMu atas umat durhaka yang senang mempermainkan firmanMu
begitu saja lantas semuanya mumur, tidak ada yang mampu mengatasi mahaMu wahai Sang
Maharajalah Kamu atas kekinian yang makin mengarus ke hulu itu
Maharajalah Kamu
Di saat itu, berilah arti pada hidupku agar tidak terus menjadi hambamu yang merugi
Ampunilah aku
;;;;;;;;;;;;;;;;