Prof Dr H Achmad Rofik
KETELADANAN NABI MUHAMMAD MENGATASI SEGALANYA
. Berilah pekerjaan pada orang yang sibuk, insyaallah pasti akan berhasil. Itu tagline yang menjadi semacam kepastian akan berhasilnya sebuah pekerjaan di tangan orang yang sibuk. Sebab orang yang sibuk dan sukses, pasti telah teruji kemampuannya memenej waktunya dengan benar. Dan kalau harus mencari sosok santun dengan pendidikan tinggi, dengan kesibukan yang luar biasa padat, tapi tetap terus mendapatkan amanah memegang banyak pekerjaan, dia ternyata salah satunya
Benar, Prof Dr H Achmad Rofik, adalah sosok dengan kesibukan yang sangat padat, tapi tetap terus saja mendapatkan amanah memegang banyak jabatan penting. Bagaimana dia memenej wakt Selain itu, pandangannya yang tajam teNTunya yang terbatas itu, sehingga semua amanah yang dipegangnya berjalan dengan sukses, yang dikorek habis oleh 3 temanmu terkait permasalahan di negeri ini, juga tertuang dengan apik sebagai sebuah referensi yang patut disimak. Petuah dan nasehatnya kepada kalian, para pelajar, juga harus kalian baca. Karena, semua dilandasi oleh pengalaman dan pandangan keIslamannya yang tinggi. Langsung saja, kita simak yook !!!!
*************************
Assalamuallaikum Bpk. Maaf mengganggu bapak sebentar. Begini bapak, kami ingin tahu bagaimana bapak membagi waktu antara tugas pekerjaan yang amat sangat sibuk itu dengan keluarga. Mohon informasinya juga, kesibukan bapak saat ini di mana saja, dan sebagai apa ?
Pekerjaan ya ? Kalau secara dinas, saya saat ini sebagai pengajar dan guru besar di IAIN Walisongo Semarang. Juga mengajar di beberapa program pasca sarjana di Unisulla, UIM Jogya. Terus jadi penguji eksternal di program doktor ilmu hukum Undip. Kalau jabatan sosial, ya lumayan, kalau yang terkait dengan pendidikan saya sampai sekarang masih menjadi sekretaris di Dewan Pendidikan Jawa Tengah. Terus, ketua komite di 3 sekolah negeri, di SD Koalisi Nasional 01 Ngaliyan, di SMP N 23 Mijen dan SMAN 8 Semarang. Kemudian di Baiturahman, ada yayasan pusat kajian dan pengembangan Islam, saya diamanahkan menjadi ketua 2 yang membidangi pendidikan. Lalu di MUI Jateng sebagai sekretaris umum, sekarang sudah masuk ke periode ke tiga. Di masjid agung Jawa Tengah ini, saya ketua lembaga amil zakat , infaq dan shodakoh. Dan masih ada beberapa jabatan , termasuk ketua himpunan ilmuwan dan sarjana syariah Indonesia Jawa Tengah. Juga ketua majelis pertimbangan badan pendidikan Jawa Tengah.
Dengan kesibukan itu, kalau ditanya soal membagi waktu, ini seperti mengikuti tagline orang sibuk, kasihlah pekerjaan pada orang sibuk, insyaallah akan selesai. Rumusnya itu. Karena kegiatan itu tidak berbarengan dalam jam yang sama, jadi kita pasti bisa. Intinya hanya kita harus pandai-pandai bagi waktu. Semuanya harus berjalan bersama. Urusan kedinasan di IAIN misalnya, saya ada beban mengajar sampai 12 SKS, masih harus nulis, penelitian. Alhamdulillah semuanya bisa berjalan baik. Kebetulan di kampus ini, pangkat dan jabatan fungsional saya sudah mentok, saya pembina utama 4 E. Sementara sebagai guru besar alhamdulillah guru besar saya sudah penuh mulai tahun 2003.
Ya, memang prinsipnya harus menghargai waktu , karena apa, saya merasa bahwa semua amanat itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Bagi saya amanat itu berarti kepercayaan masyarakat sekaligus juga penghormatan kepada saya atas pengabdian dan kontribusi yang selama ini bisa saya lakukan pada masyarakat. Karena memberikan manfaat itu itu tidak harus dalam bentuk materi, tetapi bisa juga pengabdian, bagi - bagi ilmu, semuanya yang bisa kita dilakukan itu merupakan pengabdian pada masyarakat.
Terkait dengan keluarga bapak, mohon juga kami diberitahu siapa saja mereka dan saat ini masih sekolah atau sudah bekerja ? Bagaimana bapak mengembangkan komunikasi di keluarga dan sebenarnya pola asuh yang baik dan paling pas dalam situasi kondisi seperti saat ini yang bagaimana ? Perlukah anak-anak diawasi 24 jam agar mereka tidak salah arah ?
Saya sudah berkeluarga sejak tahun 1985. Selesai kuliah, belum bekerja secara formal, saya menikah. Kebetulan istri saya yang bernama ibu Dra Hj Badiah Setyawati Msi, juga ngambil S2. Anak saya tiga, yang pertama sudah berkeluarga, Farah Layli Zahara SIP, lulusan Undip, sekarang ikut suami bekerja di Jepara. Kedua, Lyla Rahma Adyani, saat ini baru ujian skripsi di prodi manajemen fakultas Ekonomi Undip. Yang ke tiga, Achmat Abrar Aulia, sekarang kelas 11 di SMA 3 Semarang.
UNTUK menjaga kualitas hubungan di keluarga saya, karena saat ini era digital , ya itu yang kita lakukan. Saling berkomunikasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, menanyakan kabar, di mana , dan disetiap ada waktu. Namun menurut saya, yang paling penting tentu saja tetap komunikasi di rumah, pas kalau bisa makan bareng. Komunikasi, silaturahmi, tetap harus terjalin setiap saat, setiap waktu. Tadi ada pertanyaan, apa anak harus diawasi 24 jam, kita secara fisik jelas tidak akan pernah mampu. Untuk mensiasatinya, komunikasi harus dibangun secara intensif, dan berkualitas. Orang tua perlu memberi kepercayaan kepada anak-anak, itu juga penting. Karena mereka itukan tidak bisa terus menerus menjadi anak papi, anak mami, yang perlu dibimbing terus, bermanja-manja, mereka harus mandiri. Beri kepercayaan pada anak-anak, tapi tetap harus ada komunikasi untuk mengawasi, biar ada chek balance. Saya selalu yakin, kepercayaan itu juga salah satu bentuk penghormatan. Langkah tidak nyamannya, kalau kalian sebagai pelajar tidak dikasih kepercayaan sama sekali oleh orang tua. Semuanya orang tua, itu tentu saja tidak baik.
Karena tantangan kedepan yang kalian hadapi itu akan lebih berat daripada tantangan yang dihadapi orang tua, maka mengajari anak-anak untuk menghadapi tantangan yang makin kompleks , itulah yang paling baik. Itulah yang saya kembangkan di keluarga. Supaya komunikasi di keluarga efektif dan efisien, saya juga mengembangkan adat istiadat dan nilai-nilai ketimuran, nilai ke indonesiaan, ke islamanan, dalam keseharian di rumah. Contohnya, saya manggil anak tidak pernah langsung namanya, bahkan lewat sms pun kalau yang kecil saya panggil nang, kalau yang besar, mbak . Dan itu masih berjalan sampai sekarang. Karena apa, ini akan menjaga hubungan yang saling menghormati, ada ketulusan di sini. Bahkan dengan orang lain pun, saling menghormati itu wajib dilakukan. Manggil njangkar, bahkan lewat sms, akan lain rasanya. Dan itu akan memberikan dampak positif pada hubungan kita dengan orang lain. Kalau sudah demikian selalu akan muncul rasa menghormati, karena ajaran Islam mengharuskan yang tua menyayangi yang muda, yang muda menghormati yang tua. Bagaimana yang tua bisa dihormati kalau tidak memberikan contoh. Dalam sebuah keluarga misalnya, suami memanggil istri dengan nama aslinya. Jangan salahkan kalau kemudian anak juga memanggil ibunya dengan nama aslinya. Dan anak tidak salah. Semuanya karena faktor keteladanan.
Dalam ajaran Islam, silaturahim itu bisa membuka pintu rejeki. Saya yakin betul itu, sehingga semua amanah yang saya emban dalam banyak jabatan sosial, saya jalankan dengan sungguh-sungguh. Rejeki itu tidak selalu berupa uang. Nabi mengajarkan, bersedekahlah, berikan senyummu pada saudaramu. Tapi ya harus jelas yang di sedekahi, jangan senyum-senyum sendiri.
Kami ingin tahu riwayat sekolah bapak dari TK sampai Profesor ? Apakah ada pengalaman yang berkesan saat masih sekolah, di mana ? Saat kecil, bapak itu nakal atau tidak sih ? Pelajaran apa yang paling bapak sukai ? Juga, bagaimana pola belajar bapak sehingga bisa berhasil seperti sekarang ini ?
Alhamdulillah ya, ini sebuah perjalanan yang patut saya syukuri. Bapak ibu saya itu kepala madrasah Al Azjariah di desa Jurang kecamatan Gebog kabupaten Kudus. Usia 5 tahun saya sudah sekolah, karena belum ada aturan yang ketat seperti sekarang. SD nya saya di SD Negeri 1 Jurang. Karena masih usia 11 tahun, saya melanjutkan ke MI dan lulus rangking satu , terus di TBS di Balai Tengahan, desa Krapyak Kudus. Jadi saya itu punya 2 ijasah MI dan 1 ijasah SD. Saya itu tua di sekolah. Tsanawiyah dan Aliyah saya juga di Kudus. Lalu tahun 1979 – 1980, saya kuliah di IAIN Fakultas Syariah, selesai tahun1985 . Alhamdulillah, selesai bulan Januari, wisuda April, Agustus nikah. Kemudian, langsung ikut menjadi tenaga pengajar di IAIN Walisongo.
Agustus 1985, saya sudah jadi dosen. Pada bulan oktober saya ikut tes seleksi CPNS, alhamdulillah diterima. Tahun 1990 saya pengin kuliah lagi, daftar S2, kebetulan dapat beasiswa di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, fakultas Islamic studies, 2 tahun selesai. Waktu itu masih susah ya, pasca sarjana adanya di Jakarta dan Yogyakarta, jadi saya mencari beasiswa. Seleksinya juga lumayan ketat. Alhamdulillah, untuk S3 nya, saya juga mendapat beasiswa, juga di Jakarta. Tapi ini selesainya lama, tahun 1998. Karena ada pertimbangan akademis, mosok doktor kok masih muda. Saya kelahiran 14 Juli 1959, selesai doktor 1998, jadi saat itu usia saya 39 tahun. Pulang ke Semarang, langsung jadi dekan di IAIN Walisongo.
Kalau ditanya yang paling berkesan saat sekolah, karena sekolah saya di madrasah salafiah, memang berat ya pelajarannya. Jadi semuanya sepertinya berkesan, berkesan sulit tentunya. Beda dengan madrasah dan sekolah umum. Banyak hafalannya, saya kira itu yang menjadi bekal yang paling banyak dan bermanfaat sekarang ini. Tapi ada satu pengalaman yang berkesan, ya perjalanan menuju kesekolahan yang sekitar 10 kilometer jaraknya. Berangkat sekolah , saya nebeng teman yang punya sepeda, kalau pulang jalan kaki bareng dengan teman yang bernama Musafak dan Mustofa. Itu saya kira pengalaman yang masih bisa saya ingat hingga saat ini.
Melihat situasi kondisi negeri ini, apa saran bapak untuk kami semua, generasi muda, agar bisa tetap terus eksis dan berjalan di jalanNya. Tentang keteladanan yang makin menipis di tataran pemimpin negeri ini, bagaimana nasehat bapak ? Dan kapan semua permasalahan itu bisa diselesaikan dengan tuntas ?
Yang pertama, kalian harus menjadi generasi yang punya kepribadian, sebagai muslim muslimah yang kafa, sekaligus punya karakter dan jati diri ke Indonesiaan. Kemudian kalian harus mengambil local wisdom kejawaan. Kalian harus belajar secara maksimal, sehingga punya kesiapan mental tinggi, semangat berkompetisi untuk menghadapi masa depan yang lebih berat. Kalian harus punya semangat belajar yang kuat, kedisiplinan belajar, bekerja dan kedisiplinan bertanggung jawab, itu yang paling penting. Karena itu bagian dari instrumen bagaimana masyarakat menilai kalian.
Tirulah sifat Rosullullah, sidik, amanat, tablik, fathonah, transparan, tanggung jawab , jujur dan lainnya. Kalau semuanya itu dilakukan, insyaallah kepercayaan dan penilaian masyarakat akan baik, dan rejeki pasti akan mengikutinya. Tapi semuanya itu butuh kerja keras. Rejeki itu sudah diatur oleh Allah, tapi kita juga diberi porsi dan kewenangan untuk menjemputnya sendiri dengan karya nyata. Manusia itu tidak akan dapat apa-apa kecuali dia mau bekerja keras untuk mendapatkannya. Pahamkan ? Karena perkembangan teknologi demikian pesat, maka kalian harus kontrol diri terhadap pengaruh negatif teknologi itu. Teknologi itu seperti dua sisi mata uang, ada sisi positf dan negatifnya. Kalian harus punya mekanisme kontrol diri yang kuat, agar bisa mengatasi yang minus sehingga tidak terjebak di dalamnya.
Tantangan terkait dengan jati diri, kalau saya mengatakan ke islaman, itu karena islam mengajarkan beragama secara damai, bertutur kata sopan, menghormati siapapun yang patut dihormati. Tetapi juga tidak menghilangkan kewaspadaan , apalagi sekarang ini lagi ramai soal NII. Kalau kepribadian islam, kepribadian jawa dan Indonesia, sudah kokoh di dalam diri kita, insyaallah iming-iming yang di bawa NII, tidak akan mempan. Masak untuk hijrah harus membayar Rp 2,5 juta, kok susah amat. Padahal islam itu gratisan. Jadi orang baik itu tidak membutuhkan biaya mahal kok. Asal kita punya ilmu, iman taqwanya jelas, berprestasi, pasti kalian akan menjadi orang baik . Jadi, kalian harus ekstra hati-hati menghadapi modus yang dipakai oeh NII itu. Ajaran seperti itu pasti sembunyi-sembunyi, mengisolasi diri, tidak terbuka , karena apa, menyebut NII saja sudah subversif. Saya berharap, pemerintah tegas , kalau memang ada indikasi menyimpang, jangan biarkan terus membesar. Kalau ini dibiarkan akan terus berkembang.
Terkait dengan keteladanan yang makin menipis, saya kira ini penting ya. Saya bahkan mengusulkan untuk mendirikan sekolah khusus untuk orang dewasa. Karena saat ini sudah krisis keteladanan, baik secara perorangan apalagi secara kelembagaan. Secara perorangan, kalau muslim kita wajib mengikuti keteladanan Nabi Muhammad. Sebab beliau itu konsisten, baik lesan maupun tindakannya. Beliau itu multi talenta, sebagai suami, sebagai imam agama dan pemerintahan . tentara, sebagai pedagang, semuanya patut jadi teladan.
Kalau di negeri kita, secara kelembagaan susah. Tiap hari kita disuguhi hal-hal yang tidak patut dicontoh. Masak sidang paripurna ada yang mbukak situs porno. Itu sama sekali tidak patut untuk dicontoh. Di Jawa Tengah juga misalnya, masak sidang dewan dari 100 orang anggota yang hadir kok hanya 51 orang. Mereka itu dipilih oleh rakyat untuk menjadi teladan, eh ini kok malah memberi keteladanan yang salah. Oleh karena itu, marilah kita pandai-pandai mencari sosok yang patut diteladani. Media, juga punya peran yang besar, kalian sebagai awak media harus pandai-pandai menyensor tulisan dan tayangan yang tidak mendidik. Misalnya, sekarang ini, ada pemberitaan tentang pernikahan artis terkenal, eh ternyata dia sudah hamil 4 bulan. Belum lagi ada artis yang punya anak tanpa bapak. Payahnya mereka sama sekali tidak pernah merasa berdosa. Kalau hal yang seperti ini dianggar benar dan menjadi hal yang wajar lantas dijadikan panutan oleh remaja yang mengidolakan mereka, wah... negeri ini pasti sudah hancur. Kalau para remaja menganggap hal seperti itu wajar, bagaimana masa depan generasi muda negeri ini.
Tentang dunia pendidikan, bapak melihatnya bagaimana ? Tentang UN misalnya, atau Sekolah RSBI dan biaya pendidikan yang makin mahal ? Adanya sekolah terpuruk yang makin terpuruk, bagaimana seharusnya pemerintah bersikap ?
Dunia pendidikan di negeri ini memang belum sepenuhnya sesuai dengan harapan. Masih banyak ketimpangan dan ketidakadilan. Masih banyak sekolah yang terpuruk, itu jelas. Pemerintah sendiri kelihatannya serius ingin mendapatkan formulasi pendidikan yang pas, yang mampu mengangkat dunia pendidikan di negeri ini. UN misalnya, saya yakin pasti akan terus dan terus disempurnakan, sehingga apa yang menjadi harapan satuan pendidikan bisa benar-benar muwujud. Kedepannya, saya yakin wajah dunia pendidikan akan lebih baik lagi. Yang pasti, akan menjadi tidak adil apabila pemerintah menuntut semua anak didik mempunyai kemampuan yang sama, kepandaian yang sama, dengan mengukurnya lewat ujian nasional. Karena, latar belakang ekonomi keluarga anak didik juga tidak sama, ada yang berlebih ada juga yang sangat kekurangan. Dari situ saja seharusnya pemerintah sudah dapat membuat formulasi pendidikan yang ideal, yang bisa diterima dan menerima apapun latar belakang keseharian anak didik.
Untuk menuju dunia pendidikan yang ideal, dengan output dan input sepadan, memang membutuhkan kerjasama semua pihak. Kemendiknas pasti akan membutuhkan banyak masukan dari satuan pendidikan. Hanya masalahnya, komunikasi antara dua institusi itu kadang tidak berjalan dengan baik. Sehingga yang muncul kemudian, berbagai kepentingan masuk dalam formulasi dunia pendidikan. Akibatnya, kepentingan itulah yang akhirnya memanfaatkan dunia pendidikan, bukan sebaliknya. Hasil akhirnya, pendidikan menjadi makin tak terjangkau, menjadi mahal. Mereka yang terpuruk akan tersingkirkan, karena tidak mampu lagi mengejar biayanya.
Sekolah gratis dari SD hingga SMP misalnya, tidak mampu menumbuhkan sense of belonging, perasaan handarbeni dari para orang tua yang anaknya sekolah di sana. Akibatnya, sekolah berjalan seperti robot, rutin dan menjadi biasa, tidak ada inovasi dan prestasi yang menonjol. Sedangkan sekolah yang menawarkan inovasi dan kreatifitas tinggi satuan pendidikannya berbiaya mahal. Itu tentu saja tidak diharapkan oleh semua orang tua saat ini. Jadi, sudah saatnya pemerintah memanggil kembali semua stakeholder terkait, untuk mencari masukan hingga muncul rumusan, formulasi baru dunia pendidikan yang ideal, benar-benar dibutuhkan di negeri ini.
Terakhir bapak, bagaimana saran dan petuah bapak untuk kami, agar kami, sebagai pelajar bisa sukses, dan selamat dunia akhirat ?
Kalian harus rajin belajar. Taat dan hormat kepada orang tua, rajin beribadah juga shalat tahajud. Menej waktu belajarmu dengan baik, antara belajar dan bermain harus proporsional. Ingat masa depan kalian, kalianlah yang menentukannya sendiri. Kalau sekarang kalian santai, bermalas-malasan, masa depan gemilang kalian pasti akan sangat berat untuk kalian capai. Kalau mulai sekarang kalian sudah kerja keras dalam belajar dan belajar, kalian pasti akan punya bekal yang cukup dalam menghadapi persaingan yang makin berat dalam kalian menggapai masa depan yang kalian cita-citakan.
Hiduplah sebagai orang yang beragama, yang punya nilai dan jati diri, agar kalian punya harga diri. Kepercayaan diri itu penting, bahkan akan menjadi modal utama dalam merunut jalan panjang kalian sebagai pelajar. Sebab kepercayaan diri itu akan membuat kalian tegak, yakin, kalau orang lain bisa kenapa saya tidak bisa. Selain itu, hindari kelompok bermain atau agama yang eksklusif, tertutup, mengisolasi diri. Agar tidak terjebak dalam perilaku yang menyimpang. Itu saja.
Terimakasih bapak (dmr)