"Setelah kami pelajari desakan masyarakat, anggaran kami kembalikan seperti APBD 2010." Itu diungkapkan Plt Sekta Kota Semarang, Akhmat Zaenuri yang juga ketua Panitia ANggaran kota Semarang. Jadi, dana untuk rakyat miskin khususnya yang terkait jamkeskot dan lain lain di pos anggaran kesehatan , dikembalikan lagi hingga tetap pada angka Rp 50,887 milyar.
Itu artinya, desakan rakyat lewat anggota dewan, kontrol sosial masyarakat, dan pengkritisan oleh banyak LSM yang peduli rakyat miskin, berhasil. Hanya yang masih menjadi masalah, apakah kinerja jajaran birokrasi Pemkot Kota Semarang tetap akan seperti itu ? Memunculkan banyak kebijakan yang tidak populis, tanpa mau mendengarkan saran dan peran serta stakeholder lainnya, apakah akan menjadi style atau gaya proses pemunculkan ketetapan, aturan dan perda pemkot di lain waktu ?
Apakah pemkot kembali akan memunculkan banyak proyek mercusuar, yang hanya indah dan bermanfaat bagi banyak orang/pihak di kejauhan, sementara yang didekatnya, di bawahnya, malah tidak bisa melihat sinar dari lampu mercu suar itu ? Program Semarang Setara misalnya, apanya yang disetarakan, kalau kemudian melihat kecenderungan kebijakan awal walikota yang lebih memihak memenuhi 'kebutuhan dasar' para pegawainya dengan akan memberikan tunjangan dan uang lauk pauk Kenapa, walikota tidak lebih dulu mengentaskan dan mensejahterakan masyarakat miskinnya yang banyak menumpuk di sudut sudut kota itu ?
Kenapa walikota tidak memperbaiki dan membangun sarana prasarana umum, seperti jalan yang di banyak tempat rusak parah ?
Coba sekali-kali bapak masuk lebih ke dalam hati rakyatmu bapak, maka akan banyak masukan yang bisa bapak pakai untuk mengangkat dan meninggikan derajat rakyatnya yang saat ini ada yang masih di bawah garis kemiskinan itu. Kita semua rindu pemimpin yang ngayomi bapak. Sosok pemimpin yang mau menjadi pelayan, tidak minta dilayani. Pemimpin yang mau turun ke sudut-sudut kota yang kumuh, tidak disudut-sudut kota yang sudah dipasangi umbul-umbul, didirikan panggung lengkap dengan musik ndangdutnya, dan seabek panitia yang munduk-munduk itu.
Akhirnya, kami rakyatmu hanya bisa berharap, agar bapak tetap diberi keteguhan untuk tetap menjadi pelayan, diberi kesehatan agar bisa melayani. Sebab hidup hanya sekali bapak, maka bagaimana memberi arti pada diri agar lebih bermakna, lebih berarti bagi orang lain, itulah yang utama. Pada diri bapak ada amanah yang harus dipertanggungjawabkan, maka apakah itu bisa menjadi pegangan saat bapak harus merunut jembatan sirotul mustakim kelak, semuanya hanya bapak yang bisa menjawabnya.
Terimakasih.